skip to main |
skip to sidebar
MASUKNYA ISLAM PAPUA
- 6. Teori Bacan
Kesultanan bacan dimasa Sultan Muhammad Al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar
mamlakatul mulukiyah atau Moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya
ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi,
philipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Arnold, Raja Bacan yang pertama masuk Islam
bernama zainal abidin yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau
disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan
kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya
dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun
masyarakat pedalaman masih menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.
Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja
bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan
Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah
terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.
TEORI MASUKNYA ISLAM
Selanjutnya
- Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)
Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu
Mansur ( Sultan Tidore X atau Sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ).
Setelah tiba di wilayah pulau Misool, Raja ampat, maka Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra
sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan
dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan Raja
Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan
Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dll.
Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu
ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Sejak zaman itu muncul zaman
baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalar perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan
itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif
terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar
pengaruhnya di tempat-tempat baru.
TEORI MASUKNYA ISLAM
-
11.
Pendapat lain mengemukakan bahwa Perkembangan agama Islam di daerah Fakfak dikembangkan oleh
pedagang-pedagang suku Bugis melalui Banda yang diteruskan ke Fakfak melalui Seram Timur oleh seorang
pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon.
Proses Islamisasi di wilayah Fakfak dilakukan melalui jalur Perdagangan, pendidikan non formal dan politik,
yang dimaksud dengan penyebaran dakwah melalui saluran politik ialah bahwa atas jasa dan upaya para raja
dan pertuanan dan keluarga-keluarganya maka agama Islam turut disebarkan.
Pengaruh masuknya Islam di kabupaten Fakfak dapat diketahui dengan adanya ditemukan masjid-masjid
kuno peninggalan kerajaan Islam yang pernah berkuasa di wilayah tersebut diantaranya gong, bedug mesjid,
rebana yang digunakan pada saat upacara maulid, songkok raja, tongkat cis, tanda raja dan adanya silsilah
kerajaan dari kerajaan Ati-ati. Mesjid-mesjid kuno yang ditemukan tersebut tersebar di beberapa tempat
diantaranya mesjid Patimburak, mesjid Werpigan dan masjid Merapi.
Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang berkuasa diantaranya
Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-
masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk
menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya
terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang
ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja
ke-9.
-
12.
PETA PERSEBARAN WILAYAH
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa Islam pertama kali masuk ke Papua
melalui wilayah Fakfak (semenanjung Onin) dan Raja Ampat dari kerajaan Ternate
dan Tidore, lalu diteruskan ke Timur ke wilayah Sorong dan Manokwari, lalu ke
pulau Biak. Dan berakhr di Jayapura dan Merauke.
-
13.
SISTEM PEMERINTAHAN
• Kerajaan Islam di Papua:
Kerajaan Waigeo (Tunduk kepada Bacan)
Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)
Kerajaan Salawati (marga Arfan)
Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)
Kerajaan Fatagar (marga Uswanas)
Kerajaan Rumbati (marga Bauw)
• Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)
Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)
Kerajaan Patipi
Kerajaan Arguni
Kerajaan Wertuar (marga Heremba)
Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota
Kerajaan Aiduma
Kerajaan Kaimana
- Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat
empat kerajaan tradisional, masing-masing adalah kerajaan
Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau
Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di
Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan
pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan
kerajaan Misool, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau
Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16
bawahan kerajaan Bacan)
RADJA AMPAT
- GEOGRAFI MISOOL
• Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kesultanan Bacan):
Abd al-Majid (1872-1904)
Jamal ad-Din (1904-1945)
Bahar ad-Din Dekamboe (1945 - )
• Lebih dari 70 persen jenis Terumbu Karang Perairan Raja Ampat, Papua Barat, tersebar di Misool.
• Raja Ampat yang terkenal dengan kemolekan keanekaragaman hayatinya ini tentu saja jadi incaran pra pelancong dari
berbagai belahan dunia. Misool Timur Selatan adalah Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) yang memiliki luas
366.000 hektare. Menurut data dari The Nature Conservancy Indonesia, dari seluruh jenis terumbu karang di perairan Raja
Ampat yang jumlahnya 553 jenis, 387 jenis di antaranya bisa ditemukan di sini.
• Pulau Misool yang terletak di arah utara Pulau Yapale sendiri bertetangga dengan pulau besar lain di sekitarnya, yaitu
Salawati, Batanta, juga Kepulauan Kofiau. Penduduk Misool yang terdiri dari sekitar 5.000 jiwa menyebut Pulau Misool dengan
nama Batanme. Di pulau ini dan sekitarnya, terdapat 13 kampung termasuk Harapan Jaya, yang tergabung dalam tiga distrik
setingkat kecamatan yaitu Distrik Misool Timur, Misool Selatan, serta Misool Barat.
• Letak geografis Misool yang berbatasan dengan Laut Seram membuat kawasan ini dipenuhi oleh ragam budaya. Karena selain
dari Papua sendiri, penduduk berasal dari Maluku juga Sulawesi.
-
16.
KERAJAAN SAILOLOF
• Kerajaan Sailolof bertempat di desa Sailolof, selatan Salawati dan
satiu dari empat kerajaan di Pulau Raja Ampat, Papua.
I. Wilayah
Wilayah Sailolof berada di kawasan Kepala Burung (Pulau Katimin,
sepanjang Sele Strain, Seget, Gisim, Kalabar), Pulau Salawati, di
barat Pulau Batanta, Pulau Meoskapal dan pulau Kofiau. Saat ini, bekas
wilayah Sailolof dipenuhi oleh distrik Seget, di selatan Sorong,
Misol dan Berau.
II. Struktur Pemerintahan
• Pemerintahan Pusat
o Fun Kalana: gelar tradisional yang digunakan monarki Sailolof. Dalam
tugasnya, Kalana dibantu beberapa staf istana, yaitu Sawoi
(punggawa raja), Kapitin (kepala bidang logistik), Punta (asisten khusus
di bidang komunikasi).
o Rat adat: lembaga yang memiliki otoritas untuk memutuskan dan
mengawasi pelaksanaan kebijakan istana, membentuk peraturan,
memberi arahan pada Kolano dan mengurusi hal-hal keagamaan. Lembaga ini
dipimpin oleh Kolano dan tersusun atas petugas kerajaan
sebagai berikut:
- Jojou: pembantu Kalana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan kerajaan dengan koordinasi dari istana.
- Ukum: petugas kerajaan untuk urusan peraturan.
- Dumlaha: petugas istana untuk mengatur perayaan adat tradisi.
- Mirino: petugas kerajaan untuk mengumpulkan pajak.
- Sudasmoro: petugas kerajaan untuk mengubah beberapa kewajiban khusus
terkait hal-hal supranatural.
-
17.
• Pemerintah daerah
Kepala pemerintah daerah adalah Marinpnu sebagai
kepala desa dan Ulison sebagai kepala klan.
-
18.
KERAJAAN FATAGAR
• Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan
hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada saat
kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas
reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan
keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar
antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati. Silsilah keluarga muslim terpandang di Papua,
yakni dari keluarga H. Ibrahim Bauw dibawah ini bisa pula menjadi pijakan sejak kapan Islam masuk ke tanah Papua.
• Patmogari—Nawarissa—Ismail—Samali—Abu Bakar—Ismail Samali Bauw (lahir tahun 1938 wafat 2002)
Abu Bakar Bauw, Raja Rumbati gugur dalam Perang Dunia II di Kokas, Fakfak pada tahun 1944 dalam usia 52 tahun. Jika
diambil rata-rata generasi berselisih 40 tahun, maka moyang dari keluarga Bauw telah masuk Islam sekitar 1600, dan sudah
barang tentu sebelum itu, Islam telah tumbuh disana. H. Ibrahim Bauw, Raja Rumbati yang meninggal pada tanggal 24 Agustus
1994 dalam usia 80 tahun. Dalam catatan pribadinya menjelaskan bahwa agama Islam telah masuk ke Semenanjung Onin
Fakfak pada tahun 1502. Dalam catatan tersebut, H. Ibrahim Bauw juga menjelaskan bahwa selain Imam Abd. Ghafar yang
datang dan tinggal, menetap dan meninggal dunia di Rumbati, sekitar 100 tahun sebelumnya datang seorang mubalighah dari
Bandanaria bernama Siti Mashita. Beliau datang ke kampung Patipi, menetap dan menetap dan meninggal dunia di kampung
tersebut. Beberapa naskah serah terima kontrolir menyebutkan bahwa berdasarkan pemberitaan pelaut bernama Louis Vaes de
Torres tahun 1606, ketika itu singgah di pesisir daerah Onin (daerah Kaimana sampai Namatota) telah melihat beberapa
pedagang Islam yang bermukim disana. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa waktu masuknya Lauis Vaes De Torres, Islam
sudah ada dan berkembang di daerah Fakfak.
-
19.
KERAJAAN WAIGEO DAN WAIGAMA
Penguasa Kerajaan Waigama (sejak abad ke-16 bawahan kesultanan Bacan):
• Abd ar-Rahman (1872-1891)
• Hasan (1891/1900-1916)
• Syams ad-Din Tafalas (1916-1953)
Penguasa Kerajaan Waigeo (sejak abad ke-16 bawahan Kesultanan Ternate):
• Gandżun (1900-1918)
-
20.
KERAJAAN RUMBATI
• Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama.
Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang
disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi.
• Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan sempat diperintah olehnya selama dua
kali periode raja pada wakktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang memerintah kini adalah
sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa
ke 16 kerajaan Patipi.
• Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja
mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih mempelajari yaitu
Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru.
Bupati adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak.
-
21.
KERAJAAN WERTUAR
• Menurut keterangan Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini
bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey
yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh
yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni
Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti
mereka hidup dalam satu zaman.
• Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut
dilantik oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam
peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid. Dari keterangan diatas menunjukkan
bahwa Raja Rumbati adalah Raja Misool telah lebih dahulu masuk Islam.
• Disebutkan juga bahwa kedua masa pemerintahan Raja Wertuar keenam dan ketujuh untuk pertama kalinya dibangun Masjid
pertama Wertuar terletak di Patimburak pada tahun 1870. Tapi sebelum masjid itu dibangun sudah ada lebih dahulu bangunan
musholla sebagai tempat ibadah mereka ditempat yang berbeda. Disisi lain, dilihat dari data silsilah menunjukkan bahwa raja
Wertuar ketiga, Waney, yang bertahta di daerah Kramamongga dimana dia beristrikan putri Namatota yakni Boki Kopiyai.
Mereka diperkirakan hidup pada tahun 1576-1643.
• Dari sini dapat disimpulkan bahwa kedua kerajaan ini (Kerajaan Wertukar dan kerajaan Namatota) sudah terjalin kerja sama
sejak abad XIV, atau bahkan jauh sebelumnya sekitar tahun 1506-1576, dimana raja Wertuar kedua hidup. Kerja sama
keduanya kemudian disepakati mempertemukan anak mereka dalam wadah perkawinan.
-
22.
KERAJAAN SALAWATI
• Penguasa Kerajaan Salawati (sejak abad ke-16 bawahan Kesultanan Ternate):
• Abd al-Kasim (1873-1890)
• Muhammad Amin (1900-1918)
• Bahar ad-Din Arfan (1918-1935)
• Abu’l-Kasim Arfan (1935-?)
-
23.
KERAJAAN KOWIAI (NAMATOTTA)
• Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua,
telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima. Lamarora
merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884.
Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah
menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta,
selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja
Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih
pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang
minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum
kemudian dibebaskan.
-
24.
KERAJAAN SRAN EMAN MUUN
• Kerajaan Sran Eman Muun diperkirakan berdiri sekitar awal abad ke-12. Sejak berdiri, kerajaan ini sudah tiga kali berpindah
pusat pemerintahan dari Weri/Tunas Gain di wilayah Kabupaten Fak-Fak, kemudian berpindah ke Borombouw di Pulau Adi
perairan laut Arafuru wilayah Kabupaten Kaimana.
Pada periode tahun 1498 hingga 1808, terjadi Perang Hongi dan perpecahan dalam keluarga kerajaan sehingga Nduvin, Raja
Sran Kaimana IV pada tahun 1808, kemudian memindahkan ibu kota ke daerah yang sekarang menjadi Kampung Sran,
Kaimana. Kerajaan Sran Eman Muun inilah yang kemudian terpecah menjadi sejumlah kerajaan kecil di Kaimana hingga Fak-
Fak, misalnya, melalui perkawinan keluarga kerajaan seperti pada Kerajaan Namatota di Pulau Namatota Kaimana.
Kaimana pusat penyebaran Islam di Papua
• Masuknya Islam pertama kali dibawa oleh Imam Dzikir di Borombouw pada tahun 1405.
Penyebaran agama Islam masuk melalui interaksi perdagangan dengan pedagang dari luar Papua seperti dari Sumatera,
Sulawesi, dan Maluku. Imam Dzikir kemudian menetap di Pulau Adi dan mengajarkan Islam yang kemudian diterima oleh
keluarga kerajaan.
-
25.
KERAJAAN SRAN EMAN MUUN
• Pada tahun 1898, perkembangan Islam semakin membesar ketika Naro’E, menggantikan Nduvin, ayahnya menjadi Raja Sran
Kaimana V. Pada saat itu, Naro’E menikah dengan anak kepala suku di Kaimana.
Strategi ini untuk memperbesar kerajaan sekaligus untuk bertahan dari pengaruh Belanda yang sudah mulai masuk ke wilayah
Papua.
Perkembangan Islam di Kaimana banyak dipengaruhi oleh budaya Islam Sumatera, khususnya Aceh dan Maluku (Ternate
hingga Tidore di Maluku Tengah). Alasannya karena seni budaya Islam yang berkembang di Kaimana lebih banyak
menggunakan rebana dan tifa. Selain itu, peninggalan Islam yang terbesar di daratan Papua adalah bahasa Melayu (bahasa
Indonesia) sehingga bahasa ini menjadi bahasa pemersatu bahasa berbagai suku di Papua.
Meski Islam sudah ada sejak abad XVI, tidak ada perkembangan berarti hingga akhir parus pertama abad XX. Kerajaan yang
ada di Kaimana dan Fak-Fak bersifat longgar dan rajanya mendapat legitimasi dari kerajaan yang lebih besar di daerah
tersebut, yakni Kesultanan Tidore. Pada dasarnya yang disebut raja itu adalah makelar atau perantara sekaligus pedagang
(penjual dan pengumpul).
-
26.
KERAJAAN KAIMANA
• Kaimana adalah salah satu dari 9 kerajaan seperti daerah wilayah semenanjung
Bomberai Papua. Awalnya Kaimana adalah bagian dari Namatota (Namatotte), namun
perlahan tapi pasti menjadi efektif suatu daerah pada itu sendiri. Kaimana awalnya
berdiri selama 5 abad sebuah area kecil. Lalu mereka bergabung dengan Namatota.
Namatota memiliki raja yang lebih kecil di bawah kekuasaan itu. Kaimana masih daerah
independen, kemudian mereka pergi ke daerah yang tepat dan menyebut dirinya
Kaimana Lamora. Pada akhir abad ke-19 Raja terakhir dari Adi (suksesor raja dari
Kaimana Lamora) telah meninggal.
• Pada tahun 1.898 Naro E. Dmengklaim, bahwa ia sebenarnya keturunan dari
penguasa, yang selalu memerintah Kaimana. Penguasa semacam itu sebenarnya
disebut Raja Komisi, tetapi secara lokal mereka memanggilnya Rat Umis. Rat Umis
terakhir dalam waktu kolonial Belanda adalah Rat Umis Achmad Muhammad Aituarauw.
Awalnya ia tinggal di kota kaimana, lalu ia membuat tempat tinggal baru di pulau
Kilimala di suatu tempat di tahun 1930.
• Sumber: http://kerajaan-indonesia.blogspot.com/2009_05_10_archive.html
Rat Umis
-
27.
KERAJAAN KAIMANA (KOMISI)
• Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad Aituararauw .menyebutkan
bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam
Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya
bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama
di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang
mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun
sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria
Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai
mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai
mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang
kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi.
-
28.
SISTEM EKONOMI DAN SOSIAL
• Di dalam proses penyampaian agama islam oleh Sultan, selalu di awali oleh kesenian Tifa dan semacam terompet dari kerang
yang di tiup oleh seorang pemuka agama pada saat itu yang bernama raja Tagate dan Tanobe. Karena pada saat itu
pembunuhan dimana-mana hingga menyebabkan korban berjatuhan. Sehingga sebelum sultan masuk di suatu kampung di
haruskan meniup suatu trompet dan di ikuti kesenian tradisional Tifa. Yang menyebabkan alat ini berfungsi sampai sekarang,
karena pada jaman nenek moyang kami dipergunakan untuk mengamankan perlawanan antara musuh yang satu dengan yang
lain.
• Selain yang sudah tertulis di atas, maka ada tradisi nenek moyang yang masih di miliki oleh suku Kokoda tersebut yang masih
mengeterkaitkan antara budaya mereka dengan budaya islam, yaitudi antaranya adalah melakukan ritual mandi safar dan
bacaan pantun-pantun pada bulan puasa, dan juga hal ini di lakukan pada saat malam hari dari awal bulan puasa dan sampai
akhir bulan puasa hingga di lakukan silaturahmi antara oranf islam dan NAS. Dalam proses ritual mandi safar ini serta bacaan
pantun-patun para suku asli Kokoda Papua melakukannya bukan hanya dengan bercorak kebudayaan islam saja, tetapi juga
bercorak kebudayaan asli Kokoda Papua. Corak kebudayaan asli Kokoda Papua ini seperti penampilan tambur atau tifa yang
terbuat dari kayu yang sudah berlubang bagian tengahnya dan di pasang kulit hewan. Bahkan sekarang bisa kita jumpai
dimana-mana tiap kesenian papua, tifa tak pernah tersingkirkan dan selalu di pergunakan. Yang menyebabkan alat ini
berfungsi sampai sekarang, karena pada jaman nenek moyang mereka dipergunakan untuk mengamankan perlawanan
dengan pihak lain.
-
29.
SISTEM EKONOMI DAN SOSIAL
• Di tinjau dari sistem sosial, pada umumnya masyarakat papua sangat menjunjung tinggi hidup
bersosial, di karenakan nenek moyang mereka dahulu selalu hidup bersosial. Bahkan hingga sekarang
masyarakatnya-pun demikian. Contohnya yang sering muncul di khalayak yaitu di dalam acara
keagamaan biasanya antara agama Islam dan Kristen mereka mengerjakan secara bersama-sama,
dan tidak membedakan antara agama islam dan NAS. Sehingga sistem sosial ini sangat erat di dalam
kaitannya terhadap masyarakat papua sendiri. Sedangkan untuk Sistem sosial Kerajaan Islam di
Papua menganut sistem hukum islam, dimana peradilannya harus sesuai syariat Islam
• Sistem Ekonomi kerajaan islam di papua didominasi oleh Perdagangan. Karena daerah papua memiliki
Kekayaan Tambang dan Rempah sehingga daerah ini menjadi incaran para pedagang. Sementara itu,
Ternate Tidore memiliki Mineral dan Bahan Pangan yang banyak. Sehingga terjadilah hubungan politik
dan perdagangan antara kepulauan Raja Ampat dan Fakfak dengan pusat kerajaan Ternate dan Tidore.
Untuk daerah pesisir, sistem perekonomiannya lebih didominasi oleh nelayan.
-
30.
HASIL BUDAYA DAN PENINGGALAN
• Pengaruh masuknya Islam di kabupaten Fakfak dapat dilihat dengan adanya temuan
mesjid kuno dibeberapa tempat yaitu mesjid Merapi, Werpigan, Patimburak, gong,
rebana, tongkat cis, songkok raja.
• Islam juga menancapkan pengaruhnya didaerah Kokas, Fakfak salah satu buktinya
adalah keberadaan sebuah Masjid Tua yaitu Masjid Patimburak.
• 1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa
lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek,
Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.
• 2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke
mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
• 3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di
beberapa masjid kuno.
-
31.
• 4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf Arab. Lima manuskrip
berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang
berupa mushaf Al-Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab.
Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu
tauhid, dan kumpulan doa.
Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan
Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes,
ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas
Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari
bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di
wilayah Indonesia Timur.
5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun oleh Raja
Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe. Merupakan Salah satu bukti otentik keberadaan Islam di
tanah papua yang masih terpelihara rapi adalah Masjid Patimburak. Masyarakat setempat mengenal masjid
ini sebagai Masjid Tua Patimburak. Menurut catatan sejarah, masjid ini telah berdiri lebih dari 200 tahun
yang lalu, bahkan merupakan masjid tertua di Kabupaten Fakfak. Bangunan yang masih berdiri kokoh dan
berfungsi hingga saat ini dibangun pada tahun 1870, seorang imam bernama Abuhari Kilian.
-
32.
Masjid Patimburak
-
33.
KERUNTUHAN DAN PENYEBABNYA
• Setelah Belanda masuk pada abad 17-an, Belanda sangat menginginkan Wilayah Papua,
terutama Papua Barat. Bahkan, Sejarah mencatat Papua Barat baru dapat diselesaikan
setelah peristiwa Trikora, dengan mengirimkan Kapal Perang Tercanggih Uni Soviet serta
puluhan kapal tempur lainnya untuk mengusir Belanda dari Wilayah Indonesia Merdeka.
• Pada zaman nenek moyang agama islam terlebih dahulu masuk ke tanah Papua, tetapi di
karenakan pembunuhan di mana-mana Terpaksa mereka mengikuti ajaran agama NAS,
meskipun para pemuka islam perlahan masuk untuk menyebar luaskan agama islam di
tanah papua khususnya di daerah pesisir pantai.
• Masuknya faham Misionaris dari Katolik dan Protestan ke Wilayah Papua.
• Adat yang berlaku seringkali bertentangan dengan Ajaran Murni Agama Islam itu sendiri,
seperti yang berkaitan dengan Babi.
-
34.
PENUTUP
• Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Papua
http://wawanalbaihaki.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-di-papua.html
http://catatancintaabi.wordpress.com/2012/03/06/sejarah-masuknya-islam-di-tanah-papua-pada-abad-16-m/
http://kota-islam.blogspot.com/2013/10/sejarah-perkembangan-islam-di-papua.html
http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.com/2013/04/sejarah-masuknya-islam-di-tanah-papua.html
•
Arnold, W. Thomas. “ The Preaching of Islam “ Dalam Prasetyo, Bagyo,
Perkembangan Hasil Penelitian di Papua, disampaikan dalam Seminar
Semarak Arkeologi Jayapura 2009.
• Masinambow, F.K.M, Halmahera Dan Raja Ampat, Konsep dan Strategi
Penelitian, Dalam Islam Dan Kristen Di Tanah Papua, Bandung: Jurnal Info
Media, 2006
• Onim, J.F. “ Islam dan Kristen di Tanah Papua” Bandung: Jurnal Info
Media, 2006
Tim Peneliti, “Penelitian Arkeologi Islam di Kecamatan Fakfak Kabupaten
Fakfak Irian Jaya” belum terbit, 1999
•
http://m.kompasiana.com/post/read/621878/3/tradisidan-sikap-keagamaan-budaya-papua-barat.html
•
http://kerajaan-indonesia.blogspot.com/2009_05_10_archive.html
• http://iezael.blogspot.com/
• http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat_%28wilayah%29
• http://budaya-indonesia.org/Tata-Pemerintahan-Sailolof/
•
http://lengkas.wordpress.com/2012/03/22/umat-islam-papua-dibawah-kolonialisme-belanda/
•
http://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/raja-van-rumbati/
•
http://regional.kompas.com/read/2013/08/07/1703048/Menyusuri.Jejak.Penyebaran.Islam.di.Papua
-
35.
• Ambary, Hasan Muarif, (ketua Tim), Survei Kepurbakalaan Islam di Kabupaten Sorong,
Irian jaya, Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Proyek Penelitian
Purbakala Irian Jaya , 1995.
• Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaba Jejak Arkeologis dan Historis Islam di
Indonesia, Jakarta: Logos, 2001
• Arnold, Thomas W., The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim
Faith, New Delhi: Low Price Publications, 1995.
• Azra Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII, Bandung: Mizan, 1994.
• Ambary, Hasan Muarif, (ketua Tim), Survei Kepurbakalaan Islam di Kabupaten Sorong,
Irian jaya, Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Proyek Penelitian
Purbakala Irian Jaya , 1995.
• Ambary, Hasan Muarif, (ketua Tim), Survei Kepurbakalaan Islam di Kabupaten Sorong,
Irian jaya, Kerjasama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Proyek Penelitian
Purbakala Irian Jaya , 1995.
• ………………, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan kekuasaan, Jakarta:
Remaja Rosda Karya, 2000.
• ……………………, Histografy Islam Kontemporer: Wacana, aktualitas, dan Aktor Sejarah,
Jakarta: Gramedia, 2002.
• Badan Pusat Statistik dan Bappeda Provinsi Papua, Papua dalam angka 2001, Jayapura,
2001.
• Corteso, Armando (ed.), The Suma Oriental of Tome Pires: An Accont of the Eastfrom The
Red Sea To Japan,Written in Malacca and India in 1512-1515, London: Hakluyt Society,
1994, Jilid I dan II.
• Graghan, Gilbert S.J., A. Guide to Historical Method, New York: Fordham University
Press, 1975.
• Gottchalk, Louis, Understanding of History, Mengerti Sejarah, terj. Jakarta: Notosusanto,
Jakarta: UI Press, 1983.
• Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
Jakarta: Gramedia, 1993
• Hamka, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
• Hasymy, A., Sejarah Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia,
Bandung: al-Ma’arif, 1993.
• Jacobus, Th.Th.M., Hubert, A Treatise on the Moluccas (1544) Probably the
Perteliminary version of Antonio Galvoa’ lost Historica. Edited, Annotated,
andTranslate into English from the Portuguese Manuscript in the Archivo
General de Indias, Seville. Rome-Italy, 1970/1971.
• Kamma, F.C., (at. Al.), The Corery Messianic Movement in the Biak Numfor
Culture Area, the Hague: Martinus Nijhoff, 1972.
• ———, “De Vewrhouding Tussen Tidore en de papoea Einladen in Legende
en Historie”. Dalam Indonesia 1 (1947-48 dan II (1948-49),
• Kern, H., Het oud Jaavansche Lofdicth Negarakertagama van Prapanca
1365 A.D, ‘s – Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1972.
• ——–, Klein W.C., Aanwijezingen voor bestuurspenitratie met behulp van
linchtuaart, Verkregen bij een goud expedite op Niew-Guinea, ‘s –
Gravenhage 1946.
• Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994.
• Lapidus, Ira M., A History of Islamic Societies, Cambridge: University Press,
1993.
• Leur, J.C van, Indonesia Trade and Society: Essays in Asia Social and
Economic Histry, The Hague: W. van Hoeve Ltd, 1955.
• Majalah Ilmu-Ilmu sastra Indonesia, Jakarta: Bharatara, Juni 1978/1979,
Jilid VIII No. 1 & 2.
• Majalah Rahma, Jayapura : Yayasan Dakwah Islam ai-Falah, Jumadil Akhir
1419 H./1998, No.7.
-
36.
• Paul W. van der Veur, Deutch New Guinea:
Encyclopedia of Papua and New Guinea, MUP, 1972.
• Proyek Penelitian Purbakala Irian Jaya, Laporan Penelitian Arkeologi
Islam di Kec. Kakos, Kab. Fak-Fak Irian Jaya, 1996-1997.
• Petuhena, M. Shaleh (at, al.), Ternate Bandar Jalur Sutera, Ternate:
LlnTas, 2001.
• Robertson, J.A., Magelhan’s Voyage Around the World by Antonio
Pigafetta, Claveland, 1906.
• Robide, P.J.B., van der Aa, Reizen near Nederlandsch Nieuw Guinea, met
Geschied en Aardrijkskundige Toellichtingen, The Hague.
1879.
• Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Pendekatan Metodologi
Sejarah, Jakarta : Gramedia 1993.
• Soedjatmoko (at. al.), Histografi Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta :
Gramedia, 1995.
• Soe Khiam, Khoe, (at.al.), Mengenal Sebagian Dari Tanah Air Kita Irian
Barat, Jakarta : Staf Penguasa Perang Tertinggi, 1962, Jilid III.
• Stirling, M.W., The Native Peoples Of New Guinea. Smitsonian
Institution War Background Sutdies,1943.
• Suwiryadi, Kasibi, Sejarah Dakwah Islam Di Tanah Papua, Dalam Suarat
Laporan Kepada Ketua LPTQ/Ketua Khalifah STQ Kabupaten/
Kota se Provinsi Papua, 3 Juni 2002.
• Taufik Abdullah (at.al), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Asia
Tenggara, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, Jilid V.
• Thamrin, Tarmidzy, Boven DigulLembaga Perlawanan Terhadap
Kolonialisme, Surabaya: CISCOM, 2001.
• Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1977, Jilid III.
• Yusuf, Idris, “Lahirnya Nama Irian Jaya “ Warta Irian Jaya, Jayapura:
Biro Humas Sekwilda Irian Jaya, edisi 31/32, 1998.
Assalamualaikum.wr.wb marilah kita sama2 menjaga keutuhan sejarah. Jangan diobrak abrik sejarah raja ampat. Setahu saya dari cerita orang tua kami. Dikatakan Raja 4 karena terdiri dari 4 pulau besar yaitu pulau waigeo, pulau batanta, pulau salawati dan pulau misool. Raja yang ada di kepulauan raja 4 adalah raja yang berada di Pulau Waigeo, Pulau Salawati, dan Pulau Misool Bagian Utara (waigama) sedangkan Pulau Batanta tidak memiliki raja, batanta di bawah kekuasaan Raja Salawati. Sedangkan Misool Bagian Selatan tidak memiliki raja. Di Misool Selatan dipimpin oleh pemimpin adat yang disebut Sangaji. Model pemerintahan ini, pemerintahan pada masa sultan tidore. Untuk diketahui mengapa sampai Raja 4 hanya memiliki 3 raja, karena salah satu raja yaitu di batanta menjelajah ke Pulau Seram. Dan di daerah Sailolof tidak memiliki raja tapi dipimpin oleh Seorang kapitan.
BalasHapus